Jumat, 29 Mei 2015

PERAWATAN RUTIN KERIS

PERAWATAN RUTIN UNTUK KERIS
yang perlu dilakukan sendiri
===========================
Keris atau tosan aji perlu dirawat sewajarnya. ada saat2 kita sambil memegangnya mengamatinya menikmati keindahan karya seni tersebut atau sambil menghayati makna2 dan nasehat yg menyertainya. mengenalinya lebih dekat dengan melihat detail urat2 logamnya, lipatan2nya dan juga retak2 yang terjadi pada wilah. juga meneliti kalau2 ada karat atau kotoran yang muncul. tak ada pakem aturan seberapa sering kita harus memegang atau meminyaki pusaka. tujuan meminyaki pusaka adalah mencegah karat, 2 atau 3 bulan sekali diminyaki juga cukup. kebanyakan saudara2 kita para penyandang keris melakukannya dipaskan malam Anggara Kasih (malam Selasa-Kliwon), untuk menghormati weton kelahiran Panembahan Senopati pendiri Mataram.
mewarangi cukup dilakukan 3 sampai 5 tahun sekali atau kalau kita menginginkannya misalnya kalau corak pamornya sudah buram, lebih jarang atau lebih sering tak jadi soal, mewarangi sebenarnya juga sebuah perlakuan untuk menghambat dan mencegah korosi selain untuk menampilkan keindahan corak pamornya, mungkin lain waktu kita bahas.
yang perlu disiapkan dalam perawatan keris :
—————————————————–
MINYAK PUSAKA – bisa dibeli dari para kolekdol atau di toko Tosan Aji, kalau di Jakarta bisa dicari di pasar Tosan Aji Rawabelong depan stasiun Jatinegara. jika ingin membuatnya sendiri yg paling sederhana bisa dicampur bibit minyak wangi dengan minyak mesin jahit SINGER, atau VIRGIN OIL sesuai selera dengan perbandingan kira2 1:7 hingga 1:10 dengan 1 bagian untuk bibit minyak wanginya. sebagai referensi wewangian yg sering dijadikan Minyak Pusaka adalah aroma Melati Kraton, Cendana Kraton, Cendana Timtim, Kenanga, Sedap Malam yg lain juga bisa dicoba. bibit minyak murni tanpa campuran atau terlalu banyak minyak wangi tidak disarankan untuk dipakai langsung ke wilah karena malah bisa menimbulkan karat. minyak jafaron tidak dianjurkan untuk keperluan ini, karena sebenarnya jafaron bukan termasuk wewangian namun tinta yg biasa dipakai untuk menulis rajah, bahan jafaron bisa melunturkan pamor.
KARET PENGHAPUS – sebaiknya warna hitam atau abu2 sesuai warna dasar wilah. untuk membersihkan karat yg muncul dari sela2 lipatan atau retakan logam. dilakukan saat wilah dlm keadaan kering.
KUAS – untuk menyapukan minyak pusaka, jika tidak bisa juga dengan dua jari jari telunjuk dan jari tengah langsung ke wilah. pilih kuas yg lebarnya kira2 selebar dua jari, yang bagus konon dari bulu ekor kuda. kuas yg baik tidak mudah lepas bulunya.
SIKAT – sikat gigi dengan bulu yg lembut untuk membersihkan kotoran yang lekat menempel. demikian juga sikat yg baik tidak mudah lepas bulunya.
KAIN LAP – atau Tissue yang bersifat menyerap minyak.
KERTAS – kertas koran atau lembaran yg bersifat menyerap minyak.
Langkah2
———–
>>>jika saat dikeluarkan dari warangka wilah dalam keadaan kering kita amati apakah ada kotoran menutupi corak wilah. jika ada kotoran biasanya berwarna agak coklat dan menutupi corak pamor sehingga mengurangi keindahan. gunakan karet penghapus untuk menggosok bagian yang tertutup kotoran coklat sampai bersih lalu gunakan sikat gigi untuk menyingkirkan sisa2 karet yg ada di wilah. periksa lagi apakah wilah sudah bersih dari kotoran2, jika perlu ulangi lagi dibersihkan dengan karet penghapus.
>>>jika dalam keadaan masih basah oleh minyak seka dulu minyaknya dengan kain Lap atau tissue, tapi sedapat mungkin jangan diusap atau digosokkan cukup ditekan tekan saja. hingga kering lalu bisa dilanjutkan dengan karet penghapus. jika diusap atau digosok bisa terjadi serpihan2 kain atau tissue menyangkut di wilah dan menambah kotor. jika ada yg sukar dibersihkan gunakan sikat gigi dan karet penghapus.
>>>jika sudah bersih bisa dilanjutkan dengan meminyaki. celupkan kuas ke minyak pusaka tak perlu terlalu banyak lalu tiriskan sebentar agar tak terlalu banyak minyak yg terbawa di kuas. lalu sapukan dengan lembut pelan2 mulai dari dasar ganja, lalu ganja, sorsoran lalu mengarah ke atas menuju pucukan wilah. bisa juga dengan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) dimulai dengan mencelupkan jari ke minyak pusaka atau membasahi bagian yg tak berkuku dengan minyak pusaka. lalu usapkan dimulai dari dasar ganja, ganja lalu sorsoran diteruskan menuju pucukan wilah.
>>>setelah diminyaki disandarkan atau diposisikan berdiri dengan pucukan wilah berada di bawah. jika agak terlalu basah minyak akan mengalir perlahan ke bawah dan jatuh melalui pucukan. ada juga yg sengaja meminyaki agak berlebihan dengan tujuan kalau ada karat2 yg muncul dari sela2 lipatan atau retakan wilah akan terbawa mengalir keluar. dengan posisi diberdirikan, bisa disandarkan ke tembok atau dibuatkan sandaran khusus, di bawah tempat kita meletakkan dilambari kertas koran, kain atau lembaran yg menyerap minyak biar tidak mengotori lantai atau meja. di tahap ini ada yg dibarengi dengan menyalakan dupa atau membakar kemenyan tak jauh dari tempat keris dengan tujuan aroma wanginya masuk ke wilah. ada juga yg khusus memposisikan wilah agar terkena asap dengan tujuan yg sama. saya pernah mencoba tapi malah wilah jadi kotor terkena asap dupa, mungkin jarak dan posisinya perlu diatur, tidak berada tepat diatas bara dupa dan jaraknya cukup jauh paling sedikit kira2 sejengkal. jika minyak sudah sepenuhnya menetes kira2 setelah 30 menit atau lebih bisa dikembalikan kedalam warangka lagi. sebelum memasukkan kembali ke warangka sebaiknya dipastikan tidak ada sisa minyak yg bisa menetes, karena tetesan minyak bisa merusak warna kayu asli warangka.
(STJ)
gambar : acara jamasan pusaka di kraton
Jurik_Stepp

1 komentar: